5:30 AM

Edensor, Desa Kecil Dari Andrea Hirata

--Mungkin bukan hal yang baru yang akan saya bawakan, sebuah ulasan tentang tetralogi Laskar Pelangi. Namun, hal unik yang perlu saya tekankan adalah, bahwa, sedikitpun saya tidak pernah menyentuh karya Andrea. Itu pun sudah terbit film layar bioskop yang terkenal, hingga orang-orang berduyun-duyun untuk menikmatinya. Kata mereka sih menarik. Namun saya baru bisa menarik, berkelas, saat membaca sebuah karyanya, novel yang ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi yaitu, Edensor.
--Jangan heran kalau saya hanya menyinggung buku novel Edensor ini. Karna dengan begitu bisa menjadi postingan menarik jika saya membaca karyanya yang lain. Ceritanya yang dapat berlanjut, seperti Harry Potter dan yang terbaru adalah Twilight yang sama-sama berseri, dan gaya bahasanya yang membumi. Itu kutipan dari pengulas karyanya yang saya baca setelah melahap habis membaca novel ketiga tersebut. Mudah dipahami, itu adalah faktor utama bagi seorang penyair novel agar mampu membawa para pembacanya berkelana dalam dunia imagi mereka dengan bantuan novel. Dengan begitu, para pembaca mampu menjadikan cerita dalam novel tersebut hingga ke dalam mimpi mereka. Aneh? Itulah kekuatan seorang penyair, dan ternyata sang Andrea Hirata mampu melakukannya. Saya buktinya.
--Pengennya baca kisah kelanjutannya yang berjudul, Maryamah Karpov, tapi sepertinya belum ada kesempatan. Nah, bukan masalah jika kesempatan itu belum tiba, saya akan membacanya, dan menceritakannya pada anda, apa sih kelebihannya? Menurut saya, ceritanya berwawasan. Dengan arti, pada novel ketiganya, diceritakannya anak dari pulau Belitong itu sudah beranjak dewasa. Ini cocok bagi yang membaca adalah Mahasiswa atau sepantarnya, saya termasuk Mahasiswa, karna menceritakan kisah hidup anak pribumi yang mendapat beasiswa untuk kuliah diluar negri dan segala bentuk petualangan menarik yang ternyata jauh dari sentuhan novel pribumi yang mana isinya seragam, sepadan, dan Edensor menawarkan petualangan baru di belahan bumi Eropa. Indah, dari kisah tentang Universitas Sornborn, kalau gak salah eja yah, hehehe, kemudian tentang Rusia, hingga petualangan ke Afrika, hingga Desa Edensor. Dari kisah cinta penuh petuah, hingga sebuah kisah pinta Ayah kepada Anaknya. Jangan lewatkan juga membicaraan menggelitik Andrea pada paman Adam Smith dan Paman Rhoma Irama, dari kisah buku tersebut.
--Penulis juga mampu membawa sudut pandang ke Aku-an yang mana pembaca menjadi pemeran utamanya dalam imagi mereka. Sungguh brilian. Karna sepeti itulah pengalaman Khayalan yang menarik. Mungkin sebagian orang mengatakan, membaca Novel itu menghabiskan waktu percuma. Tapi cobalah. Karna itu dapat menjadikan hati dan pikiran lebih terasah. Lebih halus menyikapi suatu hal. Namun ini pun relatif setiap orangnya. Maka dari itu memilih Novel yang tepat adalah hal yang cukup diperhitungkan. Kekurangan dari Novel ini, belum saya temukan, maaf bukan berarti saya penggemar berat Andrea dalam karyanya. Namun, saya hanya pengamat yang ikut larut dalam indahnya imagi Edensor. Tidak selamanya tentunya, Namun, Novel ini bisa menjadi pilihan yang baik. Cobalah, dan temukan keasyikannya.

0 comments: